Rabu, 27 Oktober 2010

Produksi Obat Herbal Plus Buka Klinik, Untung hingga 70%


Rubrik Utama
Tabloid Peluang Usaha Edisi 02/Tahun VI/13 Oktober 2009 



B. Mahendra, Produsen Herbal Insani
Produksi Obat Herbal Plus Buka Klinik, Untung hingga 70%

Melihat tren pengobatan yang semakin hari menjurus ke natural (bahan alami), membuat B. Mahendra tertarik untuk menjajal usaha produksi obat herbal sambil membuka klinik pengobatan herbal sejak tahun 2006. Bagaimana geliat usahanya yang rata-rata meraup omset Rp 40 juta per bulan ini?

Kesehatan merupakan hal yang sangat berharga, semua orang pasti ingin sehat dan terbebas dari berbagai macam penyakit. Akan tetapi, pengobatan secara medis belum tentu bisa menjamin kesehatan dan kesembuhan seseorang karena biasanya terdapat efek samping dari obat-obat medis yang mengandung zat-zat kimia. Karena itu, dewasa ini orang lebih cenderung menggunakan pengobatan herbal. ”Banyak pasien yang tidak tuntas dalam pengobatan medis ingin beralih ke pengobatan herbal,” ujar Mahendra yang sudah mengenal herbal lewat pelatihan singkat di Karyasari, Bekasi selama 7 hari di tahun 2006.
Setelah mengikuti pelatihan, Mahendra sempat magang dan bekerja di klinik pengobatan Karyasari. Melihat ramainya klinik itu dikunjungi pelanggan, Mahendra langsung memutuskan untuk terjun di usaha pengobatan herbal karena peluangnya sangat lebar. Ia pun membuka usaha klinik pengobatan sekaligus memproduksi obat herbal dengan nama Herbal Insani pada akhir tahun 2006 di Jl. Mawar Raya No. 4 Perumnas I Depok.
Tempat usaha tersebut disewa sebesar Rp 10 juta per tahun dan Rp 5 juta untuk membeli prasarana klinik seperti kursi, meja, dan tempat tidur. Mahendra juga mengeluarkan biaya Rp 25 juta untuk memproduksi obat herbal sendiri dengan membeli bahan baku herbal seperti minyak zaitun, madu, jahe, tapak dara, mahkota dewa, sambung nyawa, sambiloto berikut kemasan. Sedangkan untuk membeli peralatan Mahendra mengeluarkan anggaran lagi sebesar Rp 37,5  juta.
Untuk membuka klinik, peralatan standar yang dibutuhkan antara lain bed periksa, timbangan, alat pengukur tekanan darah tensimeter dan stetoskop, alat-alat terapi syaraf, alat bekam, jarum akupunktur, dan lain-lain.
Dua tahun kemudian, ketika kapasitas kliniknya sudah tidak mencukupi karena semakin banyaknya pasien, akhirnya Mahendra memutuskan untuk memindahkan lokasi klinik ke Jl. Nangka Raya No. 100 Pancoran Mas, Depok dengan sewa Rp 20 juta per tahun. Pada awal usaha, Mahendra tidak begitu banyak melakukan promosi. Ia hanya menyebarkan brosur, memasang plang, dan melakukan penyuluhan kesehatan di kelurahan di sekitar tempat prakteknya.
Produk. Pada awal usaha, Mahendra memproduksi obat herbal dalam bentuk kapsul berisi serbuk dari bahan herbal berupa sambiloto, mahkota dewa, pegagan, jati belanda, tapak dara, meniran, dan kumis kucing. Namun kini produk herbalnya sudah berkembang menjadi 50 jenis dalam bentuk kapsul dan teh celup dengan kisaran harga rata-rata Rp 35 ribu per botol isi 50 kapsul dan paling mahal adalah Spirulina untuk antioksidan seharga Rp 55 ribu per botol isi 50 kapsul.  Kemasan yang digunakan awalnya berupa botol yang ditempel label biasa dengan tulisan tangan, kemudian berkembang dicetak dengan stiker.
Obat herbal yang dibuat Mahendra antara lain bisa mengobati gangguan penyakit maag akut, gangguan pencernaan, asam urat dan nyeri sendi, melangsingkan tubuh, menurunkan berat badan, menurunkan timbunan lemak dan menjaga berat badan agar tetap ideal, menghambat dan mematikan sel-sel tumor dan kanker, anti oksidan, membantu meningkatkan daya tahan tubuh, mengatasi wasir, melancarkan buang air besar, membersihkan usus besar dari sisa kotoran yang tidak tuntas ketika buang air besar, hingga penyakit ringan seperti batuk, dan pilek.
Untuk mengukur takaran obat yang harus diminum seseorang, Mahendra tidak menggunakan tenaga medis  karena  pengetahuan mengenai dosis konsumsi obat herbal sudah diperolehnya saat ia bekerja di Klinik Pengobatan Karyasari. Secara umum, untuk penyakit ringan atau sekadar menjaga stamina, dosis standar yang biasa diterapkan adalah 2 sampai 3 kapsul sehari, dan untuk penyakit yang cukup berat antara 3 hingga 6 kapsul sehari.
Mahendra mengakui obat herbal buatannya baru  sampai pada tahap uji pra-klinis, karena biaya untuk mengurus uji klinis cukup mahal hingga miliaran rupiah dan bisanya dilakukan oleh kalangan peneliti. Uji pra klinis dilakukan melalui  pengujian di laboratorium yang meliputi uji khasiat dan uji keamanan.
Bahan Baku.  Untuk bahan baku  obat sendiri dibeli dalam bentuk bubuk yang tinggal memasukkan ke kapsul saja. Bahan baku dibeli di  Toko Herbal “Daun Mas” Jati Asih Bekasi atau Griya Herbal HP 0857882244286 / 081311252043  Telpon: 021-99852899 Jl. Raya Cilangkap No 7 Jakarta Timur. Harga tiap jenis bervariasi, seperti bubuk purwoceng Rp 110 ribu, bubuk kunyit putih Rp 80 ribu dan bubuk rumput mutiara Rp 90 ribu per kilogram.
Bahan baku sebanyak 1 kg bisa dibuat menjadi 1.500 kapsul dengan berat per kapsul antara 0,5-10 miligram. Setiap kapsul ada yang berbahan tunggal dan ada yang terdiri dari beberapa campuran beberapa bahan baku sekitar 2 sampai 7 jenis bahan. Cara menentukan komposisi campuran berdasarkan khasiat obat.
Mahendra biasanya belanja botol tiga bulan sekali  di PT. Triomega Jl. Raya Salembaran Jati No 9, Kosambi Tangerang Telepon 021-99 019818 dengan mengorder 15 ribu pcs botol kapasitas isi 100 kapsul seharga Rp 1.000 per botol. Mahendra juga memiliki mesin khusus untuk memasukkan obat herbal ke dalam kapsul (mesin filling kapsul) yang dibelinya di pameran alat farmasi di Jakarta seharga Rp 750 ribu dan mesin cetak tanggal kadaluarsa seharga Rp 2,5 juta, timbangan digital seharga Rp 1,5 juta serta alat segel tutup botol seharga Rp 350 ribu.
Saat ini Herbal Insani mampu menghasilkan 3.600 botol obat herbal per bulan dan semua  proses pembuatan obat diawasi langsung oleh Mahendra. Untuk tenaga kerja bertugas di bagian produksi obat terdiri dari 12 orang karyawan  lulusan D3 Farmasi yang digaji rata-rata Rp 1, 5 juta per bulan.
Dari total obat yang dipasarkan, tingkat  lakunya  per bulan sekitar 60% terserap pasar dan sisanya dijual di bulan berikutnya mengingat daya tahan produknya bisa sampai 3 tahun. Apalagi obat herbal produksi Herbal Insani juga sudah  melewati proses penyinaran dengan sinar gamma di BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) di Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan telp. 021 – 5251109 Faks. 021 – 5251110 e-mail: humas@batan.com bertujuan untuk menonaktifkan bakteri dan jamur. Produknya juga telah mendapatkan sertifikasi halal dari MUI Jakarta (Majelis Ulama Indonesia) dan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Pemasaran. Sejak awal usaha Mahendra lebih banyak memanfaatkan  kliniknya sebagai sarana memperkenalkan produk kepada pasien, dan ternyata hal tersebut direspon bagus oleh pasiennya yang datang ke klinik Herbal Insani. Sekitar 80% pasiennya berusia 30 tahun ke atas, sisanya adalah anak-anak. Banyak juga pasien yang datang dari luar Jabodetabek, 85% dari mereka datang setelah berobat ke dokter terutama penderita kanker, tumor, diabetes, maag, stoke, asam urat.
Mahendra juga menawarkan sistem keagenan dengan syarat belanja minimal Rp 350 ribu dan akan mendapat diskon 30%, untuk jumlah belanja Rp 750 ribu diskon 40%, dan belanja di atas Rp 5 juta diskon 50%.
Hingga kini Herbal Insani telah memiliki dua buah klinik. Dalam satu hari Klinik Herbal Insani yang terletak di Jl. Nangka Raya No 100 Depok Jaya, Pancoran Mas bisa dikunjungi 15 – 30 orang pasien, sedangkan di Jl. Merdeka Raya Blok IV No. 13 Depok II Tengah bisa dikunjungi 7 – 20 orang pasien.
Di kliniknya, Mahendra menawarkan pengobatan berupa Analisa Iridiologi dengan biaya Rp 15 ribu, Terapi Bekam Rp 50 ribu, Terapi Akupunktur Rp 50 ribu, Akupunktur Pelangsingan Rp 65 ribu, Terapi Refleksi Rp 40 ribu, Pijat Syaraf  Rp 50 ribu, Pijat Bayi dan Anak Rp 35 ribu, Pijat Urut Kebugaran Rp 50 ribu, Terapi Patah Tulang Rp 75 ribu, Terapi Pijat Keseleo Rp 50 ribu, Terapi Gurah Rp 75 ribu, Periksa Gula Darah Rp 10 ribu. Mahendra juga menawarkan Paket Terapi berupa Bekam dan Akupunktur Rp 80 ribu, Bekam dan Pijat Syaraf Rp 80 ribu, Bekam dan Refleksi Rp 80 ribu, Pijat Syaraf dan Akupuntur Rp 100 ribu. Setiap terapi rata – rata memakan waktu 45 menit kecuali Pijat Bayi yang hanya memakan waktu 10 – 15 menit. Terapi Pijat Syaraf dan Bekam paling diminati pasien. Klinik Herbal Insani Depok I buka setiap hari pukul 08.00 – 20.00 dan  Klinik Herbal Insani Depok II buka setiap hari pukul 08.00 – 18.00
Untuk tenaga  terapis di klinik  berjumlah 5 orang dan 9 orang asisten terapis lulusan D3 Farmasi yang  kemudian dilatih sendiri oleh Mahendra. Gaji terapis senior sekitar Rp 1,5 juta dan pemula Rp 1 juta.
Banyaknya jasa pelayanan pengobatan yang ditangani oleh terapis ahli dan berpengalaman yang dipadukan dengan pemberian obat herbal produksi sendiri berupa kapsul, serbuk, teh celup yang telah mendapatkan izin dari Depkes dan BPOM, menjadi keunggulan Herbal Insani.
 Mahendra juga memberikan pelatihan bagi siapa saja yang ingin menjadi terapis atau pengobat handal yang profesional. Pelatihan terdiri dari Pelatihan Pengobatan Herbal dan Bekam yang dilakukan selama 3 hari dengan biaya Rp 450 ribu mulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00, untuk kelas pelatihan jadwal bisa disesuaikan. Pelatihan Refleksi yang dilakukan selama 2 hari dengan biaya Rp 350 ribu ribu mulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00, untuk kelas pelatihan jadwal bisa disesuaikan. Pelatihan Akupunktur Terapan dengan biaya Rp 1 juta dan jadwal bisa disesuaikan.
Jumlah pasien yang datang ke dua klinik Mahendra dalam sebulan mencapai 600 orang. Bila rata-rata tarif jasa  pengobatan Rp 50.000 dan penjualan obat herbal per bulan sebanyak 3.600 botol dengan rata-rata harga Rp 35.000, maka omset per bulan yang bisa diraih Mahendra sekitar Rp 156 juta dengan keuntungan hingga 69,8%.
 Menurut Mahendra, prospek usaha ini sangat menjanjikan karena semakin banyak orang yang beralih dari pengobatan medis ke herbal. Namun Mahendra masih mengalami kendala di bagian produksi terutama bila suplai bahan baku terbatas, sehingga ia selalu  menyediakan stok bahan baku lebih banyak untuk antisipasi. Ayu Utami


Sidebar 

Tips Agar Obat Herbal Awet
  • Bahan baku harus dipilih kualitas yang terbaik dan dibuat sesuai standar cara pengolahan dan pembuatan obat yang baik.
  • Obat  harus disimpan di dalam ruangan di tempat sejuk dan kering, terhindar dari sinar matahari dan udara lembab.
  • Agar lebih tahan lama obat harus melewati proses penyinaran dengan sinar gamma untuk menonaktifkan bakteri dan jamur yang dilakukan di BATAN Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan telp. 021 – 5251109.


Info Lebih Lanjut Dapat Menghubungi :
Klinik Herbal Insani
Jl. Nangka Raya No 100 Depok Jaya, Pancoran Mas
Telp. 021 – 7776854
Jl. Merdeka Raya Blok IV No. 13 Depok II Tengah
Telp. 021 – 7700812


Calon Herbalis atau Produsen Obat Herbal Sebaiknya  Ikut Pelatihan

Oleh: Hj. Hartini Koentjoro
Ketua Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (ASPETRI)
Jln. Siliwangi 14, Depok Jawa Barat
Telp. : (021) 7755842

Tanaman herbal sesungguhnya sudah ada sejak zaman sebelum Masehi, dan sering digunakan oleh para leluhur untuk pengobatan kesehatan. Seperti di Indonesia, Arab, dan China memiliki ramuan-ramuan herbal yang berkhasiat. Tanaman herbal yang sudah lazim digunakan sebagai obat di Indonesia antara lain cabe jawa, sambiloto, kumis kucing, sambung nyawa; di China ada jati cina, teki, jahe merah; dan di Arab ada rumput fatimah, sari kurma, dan madu. Meskipun ramuan dari tanaman herbal dari China memang lebih berkembang dibandingkan negara lain, namun Indonesia juga tidak kalah karena mempunyai jamu atau obat herbal yang dikemas dalam berbagai macam bentuk mulai dari cair, kaplet, dan kapsul yang bisa dinikmati oleh berbagai kalangan mulai dari kalangan bawah sampai atas.
Sejak masuknya Belanda (sekitar tahun 1800-an) masyarakat Indonesia mulai dikenalkan pada ilmu kedokteran. Pola pikir masyarakat pun mulai berubah, yang tadinya percaya dengan tanaman herbal kemudian menganggap pengobatan seperti itu sudah kuno, tidak higienis, tidak praktis, dan ketiggalan zaman. Namun kini, anggapan seperti itu perlahan-lahan mulai sirna, karena ternyata masyarakat banyak menemukan efek samping negatif dari obat-obat yang mengandung unsur kimia. Sehingga pengobatan tradisional yang sempat ditanggalkan sebagian besar masyarakat Indonesia kembali menjadi tren.
Oleh karena itulah prospek  obat hebral akan sangat cerah, apalagi dari tahun ke tahun mulai bermunculan berbagai macam pengobatan alternatif dari herbal. Memang pada awalnya sempat berbenturan dengan anggapan masyarakat bahwa praktek pengobatan alternatif dengan cara tradisional identik dengan perdukunan. Tapi pada akhirnya masyarakat mulai sadar bahwa pengobatan tradisional dengan obat herbal jauh lebih aman, karena pada umumnya tidak menimbulkan indikasi berupa efek samping.
Sebaiknya, untuk bisa menjadi produsen obat herbal seseorang harus mempelajari ilmunya. Memang dewasa ini sudah banyak bermunculan lembaga pelatihan pengobatan herbal, tapi masih kurang terstruktur. Seharusnya lembaga pelatihan bisa memberikan edukasi lebih dalam tentang tanaman herbal. Menjawab persoalan seperti itu, Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (Aspetri) memberikan pendidikan dan pelatihan kepada calon herbalis untuk meningkatkan kompetensi pengobatan agar semuanya terstandar sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Depdiknas dan Depkes serta mengikuti standar aturan BPOM.
Lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan pengobatan herbal lain pun harus memiliki kurikulum yang sudah disetujui oleh Depdiknas dan Depkes, di antaranya pelatihan untuk mempelajari tanaman herbal mulai dari jenis, fungsi, khasiat berikut kelebihan dan kekurangannya, juga diajari bagaimana cara mengobati pasien dengan benar. Dengan demikian, pengobatan dengan memnggunakan tanaman herbal akan kembali bangkit, sehingga banyak orang yang mulai memproduksi obat-obatan dari herbal alami dan membuka klinik terapi pengobatan herbal.  (Ayu Utami)

3 komentar:

  1. Saya pernah ikut pelatihan,bekam,akupressur,kiropraktik dan ilmu pendukung lainnya tp masih awam ttg tata cara/membuka pengobatan (thibbunnabawi) tsb, adakah aturan baku untuk proses pendiriannya? Tantowi di Bekasi. syukron,jazaakalloh khoiir atas balasannya....

    BalasHapus
  2. nice article, maaf mba laras kenal dg pa mahendra ya ?

    BalasHapus